Learn New Thing

Hari ini banyak hal baru yang gue pelajari. Sebenarnya setiap hari kita selalu belajar hal baru, baik yang menyenangkan ataupun tidak. Hal-hal baru tersebut dapat memberikan efek positif maupun negatif, tergantung bagaimana kita menanggapinya.


Hal baru yang gue pelajari hari ini adalah tentang Asertif. Sore ini, ada kelas Bahasa Inggris. Tidak sepertinya biasanya, Mr Gabriel tidak bisa mengajar kemarin (kelasku Senin dan Rabu pukul sore). Akhirnya ia menggantinya hari ini. Dan hari ini, ia mengajarkan kami tentang Assertiveness. Dia meminta kami make a sentence to describe what Assertiveness is. And in English off course. Giling..dalam bahasa aja due nggak ngerti, gimana caranya deskripsiin dalam English. I just give an answer that, Assertive is the opposite of Aggressive. 


Ternyata oh ternyata, Asertif tuh kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan tidak taksa (multi-tafsir, ambigu), sambil sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu. Seperti yang gue kutip dari wikipedia yang ngutip juga dari Dorland's Medical Dictionary, Assertiveness mean a form of behavior characterized by a confident declaration or affirmation of a statement without need of proof; this affirms the person's rights or point of view without either aggressively threatening the rights of another (assuming a position of dominance) or submissively permitting another to ignore or deny one's rights or point of view. Kalau dalam istilah gue sih, Asertif tuh kemampuan untuk mengungkapkan perasaan akan sesuatu atau seseorang, dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar secara jujur dan langsung, tanpa maksud kasar (abusive). CMIIW, ok! And silahkan aja googling tentang Asertif ^_^


Hal ini baru saja gue lakukan ke salah seorang teman. Belakangan ini gue merasa kalau orang itu berubah. Sudah lama gue pengen ngomong, tapi nggak sempet-sempet. Akhirnya hari ini sempet. Dan setidaknya gue nggak lagi-lagi berpikiran salah tentang orang itu. Asertif itu bukan sesuatu yang baku. Kalau kita belum bisa pure Assertiveness, it's not a big deal. Ini merupakan proses, proses dimana seseorang berusaha untuk terus menjadi lebih baik.


Salah satu hal yang tadi kena banget pas lagi di kelas, adalah ketika Mr Gabriel ask, apakah kita termasuk orang yang mudah melakukan obrolan dengan orang lain (asing), dan dengan lantang gue jawab : fifty-fifty. Sebenarnya nih, dibandingin gue yang dulu, gue yang sekarang sudah 60:40 untuk bisa nyaman ngobrol dengan orang asing. Dulu nih...duluuuuuu banget, mungkin 20:80 kali. Meski kata orang gue tuh cerewet banget. Tapi kalau di lingkungan yang asing, ketemu dengan orang asing, apalagi kalau jadi "si anak baru", butuh waktu yang laaaamaaaaaa buat gue bisa masuk ke dalamnya. Tapi, dengan berjalannya waktu dan gue mau berubah (kalau nggak berubah2, bakal nggak maju2 gue), akhirnya gue mulai keluar dari lingkaran "aman" gue. Bukan hal yang mudah untuk memulainya, tapi yakin deh, begitu lo sudah berani melakukan hal baru yang selama ini lo takutkan, ternyata hal-hal tersebut tidak semenakutkan yang lo pikirkan selama ini. (Note : hal-hal positif please!)


From Aggressive being Assertive ^_^
Waaah..case ini pas banget dengan film yang baru aja gue tonton di HBO Family. Baru banget n gue langsung gatel mu nulis. Film yang berjudul The Grace Card, sebenarnya agak berbau agama sih, tapi mari kita melihatnya dari sisi global. Tokoh utama dalam film ini adalah seorang ayah (Mac aka Bill McDonald) yang hidup penuh penyesalahan akan kesalahannya di masa lalu, sehingga ia tumbuh menjadi orang yang aggressive. Ia sangat membenci orang negro karena anaknya mati gara2 negro, tau2nya ia dipasangkan dengan orang negro untuk berpatroli (polisi). Ia pun sering mengeluarkan kata2 kasar. Tidak hanya ke partnernya , tetapi juga keluarganya. 


Suatu ketika, ia tanpa sengaja menembak anaknya yang ia kira penjahat. Anaknya sudah hampir mati. Ia tidak percaya Tuhan. Namun betapa sayangnya Tuhan kepadanya, karena ketika ia bertobat dan mengakui keberadaan Tuhan, dan ia bersungguh-sungguh agar ia bisa kembali memiliki keluarga yang hampir pergi karenanya. Tuhan kasih keberkahan dan kesempatan. Dan di akhir cerita, ia akhirnya dengan sangat lapang dada memberikan maaf kepada penjahat yang telah menabrak anaknya.


Ternyata, orang paling jahat sekalipun bisa menjadi orang baik. Tinggal bagaimana ia mengambil kesempatan untuk berubah. Itu saja.


Lebih detail tentang film itu, next time gue bahas deh. Udah malem cing..ngantuk. 
(-__-)..zzZZ





Comments

Popular posts from this blog

Different but Not Less

Grimace

Losing Isaiah