Idealis, Sadis, Egois, Perfeksionis

Ada yang bilang gue itu SOK IDEALIS, SADIS, EGOIS, PERFEKSIONIS. Padahal sih ya nggak gitu-gitu juga. Jadi orang yang Lurus, tapi bukan berarti Kaku. Selama masih bisa bertanggung jawab terhadap pilihan tersebut, ya itu yang mungkin gue pilih.

Dalam contoh ketika gue lagi mengendarai motor. Gue paling nggak suka kalau harus ambil jalur lawan atau naik trotoar, karena gue tau itu melanggar hak orang lain. Tapi kalau benar-benar kepepet, gue pernah beberapa kali langgar, dan itu tuh ya..setelahnya gue merasa bersalah banget. Trotoar yang gue lewati untungnya memang jarang banget ada orang yang lewat situ, dan kalau gue nggak lewat trotoar, nggak tahu bisa sampai kantor jam berapa. Dan kalau pun gue musti lewat jalur lawan, itu gue pastikan adalah gue berada di baris paling kiri dan gue pasang sen, karena gue tahu kalau gue itu seharusnya nggak lewat situ. Dan karena gue nggak bisa ada dijalur motor, karena mobilnya ambil jalur motor.

Tindakan gue itu nggak bisa dibenarkan sih, itu excuse aja. Tapi gue sering merasa bersalah dan kalau tidak terpaksa banget, gue lebih mending di klakson daripada melanggar. Dan orang bilang gue, Perfeksioni idealis.

Tapi bener lho, kalau orang sudah sekali melanggar mungkin dia akan merasa bersalah, tapi kalau sudah berkali-kali, jadi biasa, sehingga hak orang dirampas, itu tidak masalah. So, jangan dibiasakan. Gue cuma berpikir, ketika hak gue diambil, pasti rasanya kesel banget, jadi ya jangan ambil hak orang lain. Kalaupun ternyata ada hak kita yang diambil, mungkin tanpa kita sadari kita pernah mengambil hak orang lain. So, berbaik sangka saja ^_^

Hal yang buat gue sedih hari ini, karena gue berusaha tegas dengan peraturan yang ada. Dan gue berharap TEAM gue pun memiliki visi dan misi yang sama demi terbentuknya keadilan dalam sistem lingkungan kerja. Tapi memang kita tidak bisa berharap orang lain seperti kita. So, gue berusaha mencari solusi seperti yang orang itu minta. Ternyata orang itu komplain atas nama orang lain. Sempet bikin nyesek pagi-pagi dapat BBM yang menyatakan bahwa gue penyebab 2 orang resign di kantor, dan kalau dia sampai resign, berarti ada 3 orang yang gue bikin nggak betah di kantor.

Tapi dari yang 2 orang itu, gue coba tanya dan klarifikasi masalahnya. Sempet sedih banget banget karena mereka tidak jujur alasan mereka resign. Tapi setidaknya gue jadi tahu masalahnya, dan gue sudah menjelaskan.

Memang tidak semua perbuatan baik itu harus diberitahukan kepada orang lain, jadi ya kalau sampai ada yang salah prasangka, mau diapakan lagi. Kalau orang itu jujur, atau ada orang lain yang infokan, pasti gue dengan senang hati berdiskusi dan menjelaskan tindakan gue. Tapi kalau tidak mau ya tidak apa-apa. Niat gue tulus untuk kerja. Orang-orang yang bisa gue ajak kerja sama (bukan karena teman dekat) pasti akan gue promosikan, tapi kalau susah diajak kerja sama (meski dekat sekalipun), ya maaf. Kalau kerjaan gue nggak bisa mandang teman atau tidak, yang mau kerja ya ayo semangat, yang nggak mau diatur ya sudah tidak apa-apa, mungkin sebaiknya salah satu mengalah.

I just do my best, prepare all, what they'll thinking, will not make me down. Fighting, Anggia! \(^_^)/

Comments

Popular posts from this blog

Different but Not Less

Grimace

Losing Isaiah