Ingat, masalahmu masih lebih ringan dari mereka!

Hhhmm..sejujurnya saya kesulitan mencari judul untuk tulisan ini. Tapi yang terpikir saat ini ya judul tersebut. Maklum saja, sudah pukul 00:33 wib.

Tulisan saya kali ini terinspirasi pada apa yang terjadi pada saya selama dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumah.

Alkisah semalam saya berencana lembur mengingat masih banyaknya pekerjaan di kantor yang belum saya selesaikan. Namun karena kakak saya tidak bisa jemput lebih dari pukul 7 malam, jadi selepas maghrib saya pulang dan berharap mendapatkan kereta yang pukul 18.19 dari Sudirman. Fiuh,,untung saja masih terkejar dan karena tidak begitu penuh, saya mendapatkan tempat duduk (padahal sudah berjalan pelan-pelan supaya yang lain bisa duduk dulu, tapi karena ada di depan mata, ya sudah, berarti rezeki saya).

Total perjalanan dari Sudirman-Pd Ranji adalah 30 menit (normal), jadi perkiraan saya kakak saya masih bisa jemput. Namun, karena kondisinya mendesak dan terlalu mepet dengan waktu yang ditentukan, walhasil saya pulang sendiri. Meskipun sempat kesal, tapi pasti ada hikmahnya. Toh masih bisa naik angkot. (Pokoknya tidak boleh mengeluh!)

Namun sepertinya 30 menit tadi akan melebar, karena ketika mau masuk Stasiun Tanah Abang, kereta sempat tertahan (tanpa ada pemberitahuan dari announcer). Memang tidak terlalu lama, tetapi tetap saja tertahan. Ok, just positive thinking, mungkin ada kereta yang jadwalnya sedikit terlambat, sehingga kami harus menunggu untuk masuk. Dan akhirnya, kami pun transit di St. Tanah Abang.

Setelah sekitar 10 menit di sana, kereta akhirnya berangkat menuju Pd Ranji. Kereta berjalan tidak ekspress sesuai namanya, dan ac-nya pun antara hidup segan mati tak mau alias tidak berasa ada AC, khususnya di KKW (lebih aman dan nyaman di KKW meski lebih sering tidak dapat tempat duduk). Perjalanan masih terasa lancar ketika memasuki Stasiun Palmerah. Meski sempat berhenti sebentar, tapi akhirnya kereta jalan kembali.

Tidak lama kemudian, kereta kembali berhenti. Saya pikir saat itu kami sudah melewati Stasiun Kebayoran (maklum di luar gelap dan tidak ada info apapun dari petugas maupun announcer, jadi hanya bisa menebak-nebak), tapi ternyata salah, kami belum sampai Kebayoran. Akhirnya, kereta pun kembali jalan dan (kembali) tertahan di Kebayoran.

Hampir setengah jam kami tertahan dan (lagi-lagi) tidak ada pemberitahuan. Petugas yang berjaga hanya menjawab ada 2 kereta tertahan di Pondok Ranji, itupun karena ada penumpang yang bertanya. Dan kami hanya menunggu. Lalu petugas kedua datang dan hanya tersenyum-senyum, menjawab tanpa ada ketegasan dengan nasib kami. Hingga petugas ketiga akhirnya menyampaikan bahwa kami harus pindah kereta di sepur 2 dengan kereta Sudex 17.34. Aku sih tidak masalah, yang penting bisa cepat pulang, meski harus melompat dari kereta, naik ke peron, yang penting pulang. Yang kasihan adalah mereka yang hamil, sakit, tua dan lainnya.

Beruntungnya, kereta yang masuk tidak terlalu penuh, jadi tidak seperti pepes. Dan kereta pun berjalan menuju Pd Ranji. Fiuh...terimakasih ya Allah.

Namun, ketika hampir memasuki Pd Ranji, announcer mengumkan untuk berhati-hati karena peron sangat penuh. 'Hhmm..pasti penumpang kereta yang tertahan', pikirku. Tak disangka, begitu kereta berhenti, ada yang menggedor pintu yang tidak terbuka. Ow..seramnya. Dan begitu pintu terbuka, kami tidak bisa langsung keluar, karena yang mau masuk lebih banyak dari yang mau keluar. Sempat ada omelan dari penumpang yang di dalam karena merasa didesak, tapi hal ini maklum karena, mungkin dia kaget tapi seharusnya dia juga maklum karena yang mau masuk juga terpaksa seperti itu karena mereka sudah terlalu lelah menunggu tanpa kepastian.

Ternyata, kekesalanku selama kereta tertahan di Kebayoran,belumlah seberapa dengan kekesalan para penumpang krd. So, saya menanamkan dalam diri saya, ingat, masih ada yang lebih kurang darimu!

Comments

Popular posts from this blog

Different but Not Less

Grimace

Losing Isaiah