Rumah Berpekarangan Luas


Setiap pagi, aku selalu melewati jalan yang sama di waktu yang hampir bersamaan. Selisih 1-2 menit saja sepertinya. Jenuh juga terkadang dengan rutinitas ini. Tapi selalu saja ada 1 yang bisa membuatku melepaskan penat ini. Satu yang selalu membuatku bergairah setiap melihatnya. Satu yang selalu membuatku bertanya dan bertanya.

Ya, ad satu rumah dibelokan itu. Rumah yang memiliku pekarangan yang luaaaaas sekali. Kira-kira halaman depannya itu kalau dibikin rumah tipe 36 bisa jadi 3,5 bangunan. Luas sekali kan. Rumah ini dulu belum berpagarkan permanen seperti saat ini.

Dulu ia hanya dijaga oleh pohon pagar. Seiring berjalannya waktu, sang pemilik mulai membuat pagarnya menjadi permanen. Entahlah mengapa ia lakukan itu, mungkin agar terlihat lebih modern. Secara perlahan, jalan setapak dari depan gerbangnya sudah dipasangkan konblok, yang selama ini hanya tanah merah. Lebih rapi dan bersih. Mengingat sekarang sering sekali hujan, tak terbayang tebalnya sendal, sepatu kita ketika harus melewati jalan itu. Begitu juga ban mobil atau motor ata sepeda. Yang pasti kendaraan kita akan menjadi berat dan kotor. Sungguh seperti masih tinggal di pedalaman.

Memang rumah ini berada di kampung dekat rumahku, dan sebenarnya tidak hanya dia saja di kampung itu yang bangunannya besar atau kaya. Banyak kok. Tapi rumah itu selalu menarik perhatianku. Akan aku beritahukan kepada kalian mengapa ia sangat menarik perhatianku, antara lain karena meski ia memiliki halaman yang luas, mobil, dan rumah yang besar, tetapi aku merasa ia tidak sombong. Mengapa aku berani mengeluarkan statement “tidak sombong”, padahal mengenalnya saja aku tidak dengan si pemilik rumah. Tapi kesan itu muncul karena meski ia orang berada, tapi ia terbuka. Ia biarkan gerbangnya tidak berpagar. Bangunan beton itu hanya menutupi dan menjaga si pekarangan saja, sisanya alias jalan masuk (seukuran mobil + motor) dibiarkannya tanpa pagar besi atau lainnya.

Ya, kenapa tanpa pagar mungkin karena lokasi rumahnya yang hampir dipertigaan, sehingga bila ada mobil dari arah yang berlawanan, bila jalan terlalu sempit, maka jalan masuk itu menjadi tempat singgah sementara bagi kendaraan, mobil, agar kendaraan dari arah yang berlawanan bisa lewat. 

Maklum saja diperkampungan, jalannya masih sempit. Rumah-rumah bagus lainnya biasanya dipagari rapat, karena takut hartanya hilang. Tapi rumah itu tidak. Bahkan garasi mobilnya pun tidak ada pagar atau penutup lainnya. Hanya berteduh di samping rumah. Beratapkan atap standard yang menyatu dengan rumah utama.

Namun ada yang kurang dari rumah itu. Kurang sentuhan tangan dingin papa. Hehehe..aku memasukkan nama papa karena papa sangat cinta tanaman dan rumah kami pasti ada tanaman. Sedangkan di rumah itu, hanya ada rumput di halaman depan. Bahkan dipinggirannya pun tidak ada, sehingga berkesan kosong, hampa. Itu saja, selebihnya sudah cukup.


Ps. Nanti kalau aku sempet capture, akan aku share sama kalian ;-)

Comments

Popular posts from this blog

Different but Not Less

Grimace

Losing Isaiah