Aku Ingin Sekolah, Ayah! (part 2 - finish)

"... Entahlah apa yang dikatakan mama pada ibu. Tapi yang pasti akhirnya hari itu aku dan ibu kembali."


*sambungan


Bertahun-tahun lamanya aku merasa terbuang. Ibu tak lagi mengurusiku. Ia sibuk dengan pacar-pacarnya. Aku sempat dicampakkannya seperti kakakku. Dibuangnya kami ke kampung bersama nenek. Nenek yang sudah tua tidak bisa mengurus kami dengan baik. Dan karena kenakalan anak seusiaku, nenek akhirnya menyerah. Beliau tak sanggup lagi mengurus anak-anak ibu yang dibuang. Hanya aku yang dikembalikan nenek ke ibu, kakakku masih bertahan. Kakakku, Michael, termasuk anak yang penurut, tidak seperti aku yang brutal. Itulah sebutan nenek untukku, anak brutal.


Aku akhirnya kembali ke ibu. Usiaku sudah 8 tahun saat itu. Tapi aku baru mulai sekolah. Terbatasnya biaya dari ibu dan karena tingkah lakuku yang kurang baik, aku terpaksa berhenti sekolah.


Sebenarnya kenakalanku hanya karena ingin mendapatkan perhatian dari ibu. Aku benci dengan ibu yang sering pulang malam atau membawa teman lelakinya menginap di rumah. Dalam setahun, entah berapa lelaki yang pernah ibu ajak menginap. Dan ketika lelaki itu menanyakan tentang siapa aku, ibu mengatakan bahwa aku adalah anak saudara yang dititipkan. Sakit sekali rasanya. Ibu. Inikah wanita yang melahirkan ku?


***
Suatu ketika, aku bertanya kepada ibu,"Ibu, ayah mana?"
"Untuk apa kau tanyakan bedebah seperti dia?"
Tak kusangka ibu akan mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu. Aku lalu meminta maaf karena aku yakin bahwa pasti pertanyaanku itu menyakitkan hatinya. Aku tak ingin ibu terluka, karena bagaimana pun perlakuan ia terhadapku, ia adalah ibuku. Ibu kandungku.


Bila sedang baik dan ada uang (biasanya bila ibu mendapatkan pacar yang berduit), ibu pergi ke sekolah. Mencoba kembali mendaftarkanku untuk sekolah. Akhirnya aku bisa sekolah lagi. Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena aku ingin tunjukkan ke ayah bahwa aku bisa hidup mandiri tanpa ayah.


Tapi setelah 4 tahun, kondisi keuangan keluarga kami kacau. Ibu sudah putus dengan pacarnya. Dan tak ada pekerjaan tetap. Aku malu ke sekolah, karena belum bayar-bayar uang sekolah. Aku merengek-rengek minta sekolah. Tapi ibu diam saja.


Kekesalanku memuncak. Aku marah-marah sepanjang hari kepada ibu. Aku menolak semua perintahnya. Menggunakan kata-kata kasar seperti anak-anak di daerah rumahku. Ibu menamparku. Plak!! Sakit rasanya. Tapi aku sudah seperti kesetanan. Aku marah dan kesal. Aku kecewa terhadap nasibku. Mengapa aku tidak bisa sekolah? Mengapa aku harus terlahir dari keluarga yang tidak jelas seperti ini? Kemana ayahku? Dimana tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga. Sejak aku kembali ke ibu, tak pernah sekali pun aku bertemu ayah. Dan tak pernah ada sepeser pun nafkah untuk kami.


"Aku ingin sekolah! Aku ingin sekolah! Pokoknya aku mau ibu bayar uang sekolahku agar aku bisa sekolah!!" teriakku ke ibu.


Sepertinya kesabaran ibu sudah habis. Ibu masuk ke kamar dan mengeluarkan secarik kertas.


"Ini alamat ayahmu".
"Temui sana! Minta ayahmu menyekolahkanmu!"


Tanpa pikir panjang, langsung ku ambil kertas itu dan kuambil beberapa helai bajuku. Dengan uang seadanya di tasku. Aku berangkat mencari ayahku.


***
Akhirnya aku menemukan alamat rumah ayahku. Ia hidup dengan istri mudanya. Masih cantik dan seksi. Ketika aku memanggilnya, ia pun menghampiriku.


"Mencari siapa nak?" tanya ayah tanpa mengenaliku.
"Ayah", kataku.
Ayah pun tertegun. Diperhatikannya aku dari atas ke bawah. Ia memelukku.


Aku pun di bawa masuk ke rumah ayah. Rumahnya tidak beda jauh dengan rumah ibu, bedanya disini lebih terasa hangat.


Malamnya, ayah mendatangiku. Ia menanyakan bagaimana hidupku dan ibu. Aku katakan ibu miskin dan kami kesulitan untuk makan. Aku katakan bahwa aku kesal karena ayah tak pernah mengunjungi kami dan memberikan kami nafkah. Ia hanya berkata, "maaf ya nak. Ayah juga disini sedang kesulitan keuangan".


"Apa yang membuatku kemari, nak?"


"Aku ingin sekolah, Ayah!"

Comments

Popular posts from this blog

Different but Not Less

Grimace

Losing Isaiah