Hiburan vs Keprihewanian





Beberapa waktu yang lalu (29/08/10), tetangga saya memanggil tukang Topeng Monyet yang lewat di gang kami untuk menghibur cucunya dan cucu tetangga-tetangga, termasuk Keyra (keponakan saya). Dengan diiringi musik, si Marco (namanya keren punya cing!) pun bergerak ke sana kemari, mengikuti arahan Sang pawang. Main tembak-tembakan sampai mati, menarik becak, jadi pemulung, jadi pembalap, dan diakhiri dengan sholat. Liat foto-fotonya Marco di bawah ini.
<
Saat itu, saya merasa sedih sekali. Karena selama 2x manggung, tak pernah sekalipun Marco diberi makan oleh pawang. Saya hanya membandingkan dengan kalau kita menonton di sirkus, atau menonton lumba-lumba di Ancol, setiap selesai 1 adegan, para binatang itu diberikan makanan. Kasihan sekali. Di sisi lain, sebagai penonton, saya tidak berani memberikan makan, takutnya nanti menyalahi prosedur dan nanti jadi kebiasaan si monyet untuk minta makan ke para penonton. Karena saya teringat pesan ketika berada di kebun binatang untuk tidak memberikan makan kepada binatang-binatang agar kita tidak mengganggu pola makan mereka.

Jujur, saya bingung ketika harus menonton Topeng Monyet. Di satu sisi, kami perlu hiburan, dan mereka perlu makan. Tapi di sisi lain, Marco dan binatang lainnya, adalah makhluk bebas.

Beberapa link terkait (mohon izin share ya..):
Marco mohon diri dan Marco ingat penciptanya


    Comments

    Popular posts from this blog

    Different but Not Less

    Grimace

    Losing Isaiah